Kamis, 04 Juli 2013

PERBEDAAN KESENANGAN DAN KEBAHAGIAAN

Assalamu 'alaikum saudara semuanya!

Langsung ke pembahasan kita saja ya!
    
      Dalam hiruk pikuk kehidupan,di macetnya jalan raya setiap pagi,sore dan malam,inilah yang sedang dikejar dan diupayakan manusia untuk diwujudkan.Ya...kebahagiaanlah sebenarnya yang ingin diraih oleh semua orang,bahkan tujuan orang-orang yang melakukan perampokan, penipuan,dan korupsi adalah untuk mewujudkan kemenangan dan kebahagiaan di dunia ini.Dengan kata lain penyebab terjadinya segala bentuk kejahatan adalah terlalu cinta dunia dengan ambisi yang terlalu kuat untuk meraih kebahagiaan sehingga kesadaran akan nilai-nilai keagamaan terkesampingkan dalam proses perjalanan untuk  meraihnya.


Ada sesuatu hal yang belum terlalu diyakini oleh mereka yang terlalu mencintai dunia bahwa  

       kebahagiaan yang sesungguhnya tidak dapat dibangun hanya dengan mengandalkan kekuatan finansial dan keberlimpahan materi,sedangkan sisi akhlak dan moralitasnya minus,nilai ketauhidan dan spritualitasnya kering.


       Mengejar kebahagiaan selama nilai-nilai ini dikesampingkan,hasilnya mungkin saja bisa sukses secara materi dan matang secara finansial,tapi tetap saja kebahagiaan dalam kehidupan dunia tidak bisa diraih, jika mental-mental seperti ini sudah terlalu banyak penganutnya,kehidupan berbangsa dan kehidupan diseluruh dunia tidak akan damai. Ketenangan dan kebahagiaan juga akan jauh dari harapan.

Yang ada seperti yang sering kali dipertontonkan kepada kita,begitu banyak manusia-manusia yang angkuh dan mengecilkan orang lain,tidak sedikit masyarakat yang bertikai dan berkonflik dengan masyarakat yang lain,kehidupan akan tetap ganas dan beringas dengan banyaknya orang-orang kaya dan intelek berpendidiklan tinggi merasa tidak berdosa melakukan korupsi,bahkan kepintarannya digunakan untuk berdebat dan berdalih menutupi kejahatannya dan tidak segan-segan menuduhkannya kepada orang lain.Sungguh sangat memprihatinkan.

       Dalam perjalanan meraih kebahagiaan,kita sering salah dalam menafsirkan kebahagiaan yang akan kita kejar itu,kita tidak bisa membedakan antara kesenangan dengan kebahagiaan.

Menurut ilmu kedokteran, kesenangan adalah aktifitas yang dapat diamati secara fisik pada otak manusia yang terjadi akibat dirangsangnya saraf “pusat kesenangan” atau “pleasure center”. Saraf yang dirangsang ini akan menghasilkan mekanisme hormonal, yaitu keluarnya suatu zat kimia dari neuron di otak yang mengakibatkan timbulnya rasa enak, senang, dan nikmat.(lihat www.dakwatuna.com)
 

       Jadi, untuk memperoleh rasa senang, mudah saja caranya, yaitu dengan merangsang saraf pusat kesenangan ini, misalnya dengan obat-obatan tanpa perlu bekerja atau bersusah payah. Sayangnya hal ini tidak dapat bertahan lama. Sementara kebahagiaan adalah keadaan yang berlangsung lama, tidak sementara, yang berhubungan dengan penilaian pada kehidupan secara keseluruhan.


       Kegagalan dalam membedakan makna kesenangan dan kebahagiaan membuat kita sering kali terfokus pada pemenuhan kesenangan, bukan kebahagiaan itu sendiri.Tidak semua kesenangan membawa kebahagiaan. Sudah sering kita temukan fakta-fakta bahwa orang-orang yang secara umum dianggap bahagia, malah tidak merasa bahagia. Contohnya artis-artis terkenal yang malah stres karena tidak memiliki kehidupan pribadi yang normal akibat ketenarannya sendiri, seorang politikus yang malah menjadi sakit jiwa karena bangkrut akibat kalah kampanye, atau seorang konglomerat kaya raya yang merasa depresi tidak bahagia karena keluarganya berantakan kurang perhatian dan kasih sayang. Lebih parahnya lagi, pemenuhan kesenangan untuk mencapai kebahagiaan ini justru yang alih-alih menjadi salah satu penyebab utama rusaknya moral masyarakat, sehingga terjadi masalah kecanduan obat-obat terlarang, miras, penyakit sex karena gaya hidup bebas, pencurian, perampokan, korupsi, pembunuhan, dan tindakan kriminal lain yang dilakukan demi mendapatkan kebahagiaan, padahal yang diperoleh hanya kesenangan sementara.Dan ini semua terjadi dalam rangka meraih kemenangan dunia.sementara kemenangan yang jauh lebih besar terlupakan,yaitu kemenangan akhirat.

        Kemenangan akhirat berupa syurga yang dijanjikan Allah sebagai kemenangan bagi orang-orang yang bertaqwa dan mereka tidak menjadikan kebahagiaan dunia sebagai fokus utamanya,bukan berarti orang-orang yang bertaqwa tidak menginginkan kebahagiaan dunia seperti yang diimpikan banyak orang,akan tetapi mereka mengejar kebahagiaan dunia dengan tetap berpegang teguh dengan aturan-aturan dalam Alqur’an dan sunnah.Mereka bukan orang yang tidak punya motivasi seperti yang disangkakan kepadanya,Mereka tidak ingin melampaui batas,mereka memperhitungkan laba rugi yang akan mereka dapatkan di akhirat kelak.Karena ada neraka yang teramat sangat panas disana.

“Sungguh,orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan,(yaitu)kebun-kebun dan buah anggur,dan gadis-gadis montok dan sebaya,dan gelas-gelas yang penuh(berisi minuman),disana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia maupun (perkataan) dusta.Sebagai pembalasan dan pemberian yang cukup banyak dari Tuhanmu.” (An-Naba 31-36).

“Maka adapun orang yang melampaui batas,dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,maka sungguh,nerakalah tempat tinggalnya.Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya,maka sungguh,surgalah tempat tinggalnya.” (An-Nazi’at 37-41).

      wallahu a'lam

Demikian artikel sederhana ini, semoga bermanfaat, Sampai ketemu di artikel-artikel wisataspritual selanjutnya. Assalamu 'alaikum.

Sumber gambar:
         padang-today.com
         jawaban.com

Rabu, 03 Juli 2013

RIDHO ADALAH PINTU UTAMA UNTUK BERBAHAGIA

ASSALAMU 'ALAIKUM warahmatullahi wa barakatuh..................................................!
Anda semua senantiasa dalam rahmat dan lindungan Allah, Amin.



       Alhamdulillah, postingan kali ini Saya diizinkan Allah menulis tentang bagaimana dahsyatnya "Ridho" yang insya Allah bisa kita pilih sebagai pilihan dalam menghadapi apapun situasi yang kita hadapi saat ini, karena tidak ada satu kejadianpun akan terjadi yang itu luput dari ketentuan Allah SWT.

Tadi pagi saat saya mau berangkat kerja, listrik di rumah kami lagi mati, dan salah satu anggota keluarga saya mengeluh sepanjang listrik itu padam, dan ternyata keluhannya itu tidak dapat membuat aliran listrik langsung hidup di rumah kami, dan memang seperti itu lah yang saya katakan, untuk apa mengeluh, jika keluhan itu tidak dapat membuat suatu keadaan menjadi lebih baik, dan listrik padam itupun atas kehendak Allah, karena tidak mungkin terjadi sesuatu yang menyebabkan listrik padam tanpa sepengetahuan Allah, tidak mungkin petugas PLN mematikan lampu kecuali Allah telah menggerakkan hatinya untuk memadamkannya. Dan memang seperti itulah semua yang terjadi di alam ini atas kehendak dan pengetahuan Allah SWT, karena Allah Maha berkehendak dan maha mengetahui.

“Ketahuilah bahwa keridhoan adalah pintu Allah SWT Yang paling mulia,barangsiapa yang menemukan jalan untuk menggapainya,maka ia akan berada di derajat yang paling tinggi.”
                                                       IMAM AL-GHAZALI


       Kalangan shufi mengatakan bahwa orang yang ridho adalah orang yang menyambut bala bencana dengan harapan dan kegembiraan dan menghadapi masalah dengan senyum dan wajah gembira. Seseorang yang telah ridho atas apapun permasalahannya dan kemudian dia berserah diri secara total kepada Allah,ketika itu akan terputuslah penderitaan dalam hatinya,lalu hati itu akan menjadi tenang dan bahagia,karena dia merasa bahwa dia bersama Rabbnya,dan kalau ternyata kita belum bisa bahagia ketika tertimpa masalah berarti kita belum betul-betul ridho dan tawakkal/berserah diri kepada ketentuan Allah SWT.

       Dan ini adalah hal-hal yang mengagumkan pada seseorang yang ridho:                               

1.Ketika dalam kesusahan dia gembira karena dia tahu bahwa Allah senantiasa melihat   dan
   memperhatikan keadaannya,dia merasa sedang diperhatikan Allah.                                        

 2.Bahkan dia kadang terharu,karena dia merasa bahwa Allah yang maha besar mengingat dirinya
   yang hanya seorang hamba.sebab itulah dia diuji dengan 
   kesusahan.   
                                                                           
3.Dia merasa bahwa dirinya yang lemah dan kecil tidak pernah dilalaikan Allah yang maha 
    besar.          
                                                                                                                             
4.Kemudian dia mengadu kepada Allah seperti pengaduan kekasih kepada kekasihnya.Dia menangis
    hanya kepada Allah,dia memohon agar Allah memandangnya dengan pandangan ridho bukan
    pandangan murka.



        Ada sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Hibban dalam kitabnya: “Ats Tsiqaat”. Abu Ibrahim bercerita: Suatu ketika, aku jalan-jalan di padang pasir dan tersesat tidak bisa pulang. Di sana kutemukan sebuah kemah lawas… kuperhatikan kemah tersebut, dan ternyata di dalamnya ada seorang tua yg duduk di atas tanah dengan sangat tenang… Ternyata orang ini kedua tangannya buntung… matanya buta… dan sebatang kara tanpa sanak saudara. Kulihat bibirnya komat-kamit mengucapkan beberapa kalimat..

Aku mendekat untuk mendengar ucapannya, dan ternyata ia mengulang-ulang kalimat yang artinya:                                                                                                                                  
“Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia… Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia…”


Aku heran mendengar ucapannya, lalu kuperhatikan keadaannya lebih jauh… ternyata sebagian besar panca inderanya tak berfungsi… kedua tangannya buntung… matanya buta… dan ia tidak memiliki apa-apa bagi dirinya…
Kuperhatikan kondisinya sambil mencari adakah ia memiliki anak yg mengurusinya? atau isteri yang menemaninya? ternyata tak ada seorang pun…Kemudian Aku beranjak mendekatinya, dan ia merasakan kehadiranku… ia lalu bertanya: “Siapa? siapa?”      “Assalaamu’alaikum… aku seorang yang tersesat dan mendapatkan kemah ini” jawabku, “Tapi kamu sendiri siapa?” Tanyaku.“Mengapa kau tinggal seorang diri di tempat ini? Di mana isterimu, anakmu, dan kerabatmu? Lanjutku.

      “Aku seorang yang sakit… semua orang meninggalkanku, dan kebanyakan keluargaku telah meninggal…” Jawabnya. “Namun kudengar kau mengulang-ulang perkataan: “Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia…!! Demi Allah, apa kelebihan yang diberikan-Nya kepadamu, sedangkan engkau buta, faqir, buntung kedua tangannya, dan sebatang kara…?!?” Ucapku. “Aku akan menceritakannya kepadamu… tapi aku punya satu permintaan kepadamu, maukah kamu mengabulkannya?” Tanyanya. “Jawab dulu pertanyaanku, baru aku akan mengabulkan permintaanmu.” Kataku.

 “Engkau telah melihat sendiri betapa banyak cobaan Allah atasku, akan tetapi segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia…
       Bukankah Allah memberiku akal sehat, yang dengannya aku bisa memahami dan berfikir…? “Betul.” jawabku. Lalu katanya, “Berapa banyak orang yang gila?” “Banyak juga.” jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia.” Jawabnya.
       “Bukankah Allah memberiku pendengaran, yang dengannya aku bisa mendengar adzan, memahami ucapan, dan mengetahui apa yang terjadi di sekelilingku?” tanyanya. “Iya benar.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Jawabnya.“Betapa banyak orang yang tuli tak mendengar…?” Katanya.  “Banyak juga…” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Katanya.                                                                                              
        “Bukankah Allah memberiku lisan yg dengannya aku bisa berdzikir dan menjelaskan keinginanku?” Tanyanya.“Iya benar” jawabku. “Lantas berapa banyak orang yg bisu tidak bisa bicara?” Tanyanya.“Wah, banyak itu.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas orang banyak tersebut.”  Jawabnya.                                            
        “Bukankah Allah telah menjadikanku seorang muslim yang menyembah-Nya… mengharap pahala dari-Nya… dan bersabar atas musibahku?” Tanyanya. “Iya benar.” Jawabku. Lalu katanya, “Padahal berapa banyak orang yg menyembah berhala, salib, dan sebagainya dan mereka juga sakit? Mereka merugi di dunia dan akhirat…!!”   “Banyak sekali.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Katanya.


Pak tua terus menyebut kenikmatan Allah atas dirinya satu-persatu… dan aku semakin takjub dengan kekuatan imannya. Ia begitu mantap keyakinannya dan begitu rela terhadap pemberian Allah…Betapa banyak yang musibahnya tidak sampai seperempat dari musibah beliau… mereka ada yang lumpuh, ada yang kehilangan penglihatan dan pendengaran, ada juga yang kehilangan organ tubuhnya, tapi bila dibandingkan dengan orang ini, maka mereka tergolong ‘sehat’. Walaupun demikian, mereka meronta-ronta, mengeluh, dan menangis sejadi-jadinya,  mereka amat tidak sabar dan tipis keimanannya terhadap balasan Allah atas musibah yg menimpa mereka, padahal pahala tersebut demikian besar.

Aku pun menyelami fikiranku makin jauh,  hingga akhirnya khayalanku terputus saat pak tua mengatakan: “Hmmm, bolehkah kusebutkan permintaanku sekarang… maukah kamu mengabulkannya?” “Iya.. apa permintaanmu?” Kataku. Maka ia menundukkan kepalanya sejenak seraya menahan tangis.. ia berkata: “Tidak ada lagi yang tersisa dari keluargaku melainkan seorang bocah berumur 14 tahun, dia lah yang memberiku makan dan minum, serta mewudhukan aku dan mengurusi segala keperluanku, sejak tadi malam ia keluar mencari makanan untukku dan belum kembali hingga kini. Aku tak tahu apakah ia masih hidup dan diharapkan kepulangannya, ataukah telah tiada dan kulupakan saja, dan kamu tahu sendiri keadaanku yang tua renta dan buta, yang tidak bisa mencarinya” Maka kutanya ciri-ciri anak tersebut dan ia menyebutkannya, maka aku berjanji akan mencarikan bocah tersebut untuknya.

      Aku pun meninggalkannya dan tak tahu bagaimana mencari bocah tersebut, aku tak tahu harus memulai dari arah mana. Namun tatkala aku berjalan dan bertanya-tanya kepada orang sekitar tentang si bocah, nampaklah olehku dari kejauhan sebuah bukit kecil yang tak jauh letaknya dari kemah si pak tua. Di atas bukit tersebut ada sekawanan burung gagak yg mengerumuni sesuatu… maka segeralah terbetik di benakku bahwa burung tersebut tidak lah berkerumun kecuali pada bangkai, atau sisa makanan. Aku pun mendaki bukit tersebut dan mendatangi kawanan gagak tadi hingga mereka berhamburan terbang. Tatkala kudatangi lokasi tersebut, ternyata si bocah telah tewas dengan badan terpotong-potong… rupanya seekor serigala telah menerkamnya dan memakan sebagian dari tubuhnya, lalu meninggalkan sisanya untuk burung-burung. Aku lebih sedih memikirkan nasib pak tua dari pada nasib si bocah. Aku pun turun dari bukit,dan melangkahkan kakiku dengan berat menahan kesedihan yang mendalam. Haruskah kutinggalkan pak Tua menghadapi nasibnya sendirian, ataukah kudatangi dia dan kukabarkan nasib anaknya kepadanya?

Aku berjalan menujuk kemah pak Tua, aku bingung harus mengatakan apa dan mulai dari mana? Lalu terlintaslah di benakku akan kisah Nabi Ayyub ‘alaihissalaam,  maka kutemui pak Tua itu dan ia masih dalam kondisi yang memprihatinkan seperti saat kutinggalkan. Kuucapkan salam kepadanya, dan pak Tua yang malang ini demikian rindu ingin melihat anaknya, ia mendahuluiku dengan bertanya: “Di mana si bocah?” Namun kataku, “Jawablah terlebih dahulu… siapakah yang lebih dicintai Allah: engkau atau Ayyub ‘alaihissalaam?”. “Tentu Ayyub ‘alaihissalaam lebih dicintai Allah” jawabnya. “Lantas siapakah di antara kalian yg lebih berat ujiannya?” tanyaku kembali. “Tentu Ayyub…” jawabnya. “Kalau begitu, berharaplah pahala dari Allah karena aku mendapati anakmu telah tewas di lereng gunung… ia diterkam oleh serigala dan dikoyak-koyak tubuhnya…” jawabku. Maka pak Tua pun tersedak-sedak seraya berkata, “Laa ilaaha illallaaah…” dan aku berusaha meringankan musibahnya dan menyabarkannya… namun sedakannya semakin keras hingga aku mulai menalqinkan kalimat syahadat kepadanya… hingga akhirnya ia meninggal dunia.

Ia wafat di hadapanku, lalu kututupi jasadnya dengan selimut yg ada di bawahnya, lalu aku keluar untuk mencari orang yang membantuku mengurus jenazahnya.Maka kudapati ada tiga orang yg mengendarai unta mereka, nampaknya mereka adalah para musafir, maka kupanggil mereka dan mereka datang menghampiriku. Kukatakan, “Maukah kalian menerima pahala yang Allah giring kepada kalian? Di sini ada seorang muslim yang wafat dan dia tidak punya siapa-siapa yg mengurusinya, maukah kalian menolongku memandikan, mengafani dan menguburkannya?”      “Iya..” Jawab mereka. Mereka pun masuk ke dalam kemah menghampiri mayat pak Tua untuk memindahkannya, namun ketika mereka menyingkap wajahnya, mereka saling berteriak, “Abu Qilabah… Abu Qilabah…!! Ternyata Abu Qilabah adalah salah seorang ulama mereka, akan tetapi waktu silih berganti dan ia dirundung berbagai musibah hingga menyendiri dari masyarakat dalam sebuah kemah lusuh. Kami pun menunaikan kewajiban kami atasnya dan menguburkannya, kemudian aku kembali bersama mereka ke Madinah.

      Malamnya aku bermimpi melihat Abu Qilabah dengan penampilan indah, ia mengenakan gamis putih dengan badan yang sempurna, ia berjalan-jalan di tanah yang hijau, maka aku bertanya kepadanya: “Hai Abu Qilabah… apa yg menjadikanmu seperti yang kulihat ini?” Maka jawabnya: “Allah telah memasukkanku ke dalam Jannah, dan dikatakan kepadaku di dalamnya:
Salam sejahtera atasmu sebagai balasan atas kesabaranmu… maka (inilah Surga) sebaik-baik tempat kembali.

        Demikianlah artikel ini saya perbuat dengan sesungguhnya, semoga anda dapat memakluminya..
hehe... kyak nulis surat permohonan lamaran pekerjaan aja ya..!
o...ya, jika anda merasa ada manfaatnya di like ya.... thanks

Alhamdulillah...Astaghfirullah....Wallahu A'lam..

sumber gambar : - majalah hidayatullah.com
                            - facebook.com

Selasa, 02 Juli 2013

SELALU ADA HARAPAN,SELALU ADA KEBAIKAN...

















ANDA BUKAN SATU-SATUNYA    
     
        Masalah telah dialami oleh orang-orang sebelum kita,masalah-masalah juga sudah sering kita hadapi dan kita akan terus menghadapinya selama hidup kita di dunia karena kita hidup. Selanjutnya kita akan dihadapkan dengan masalah yang lebih serius lagi saat kita sudah meninggalkan dunia ini,ketika dialam kubur kita akan ditanya oleh malaikat tentang,siapakah Tuhanmu,apa agamamu dan siapakah Nabimu? Kemudian saat tiba hari berbangkit kita akan dihadapkan dengan masalah yang jauh lebih dahsyat,yaitu tentang amal perbuatan kita selama di dunia yang akan ditimbang yang akhirnya akan menentukan kemana tempat tinggal kita selanjutnya surga atau neraka.Disini segala hal-hal yang betentangan sudah terpisahkan,yang baik-baik dan yang jelek sudah terpisah,kenikmatan dan kebahagiaan sudah terpisah dengan kesusahan dan kesengsaraan. Tidak ada lagi ambisi yang menjadi penyebab kegalauan dan kegelisahan seperti didunia,yang ada hanya masalah penyesalan bagi yang mendapatkan kekalahan.

       Pendeknya,Semua dari kita pasti pernah dan akan mengalami yang namanya masalah,dan masalah-masalah inilah yang sebenarnya membuat orang merasa galau,apakah itu galau yang disebabkan masalah kegagalan yang akhirnya membuat kecewa dan hilang gairah,kegalauan dikarenakan masalah hutang yang membuat dunia terasa sempit,galau karena masalah hilangnya kepercayaan orang lain kepada diri kita yang membuat jiwa menjadi tertekan dan hilangnya kepercayaan diri,dan masih banyak lagi. Masalah datang kepada siapapun, dan galau bukanlah sikap yang tepat untuk menghadapi ini semua,karena yang kena masalah bukan kita saja,semua mengalaminya. Tapi ada yang berbeda,ada orang yang galau dan sebagian ada yang tetap dalam ketenangan.

      DIUJI BERARTI BERKUALITAS

       Almarhum Ustadz Jeffry Albukhari di salah satu acara televisi pernah  mengatakan bahwa yang diuji oleh Allah adalah yang berkualitas,beli emas setengah gram pasti diuji,beli besi satu truk tidak perlu diuji. Anda diuji berarti anda berkualitas. Dan ini harus kita syukuri,karena tidak ada kesuksesan tanpa kegagalan,jarang sekali  ada proses perbaikan tanpa adanya kerusakan terlebih dahulu. Dan percayalah menangis itu tidak akan berlangsung selama- lamanya karena tidak lama berselang akan ada tawa. Terik panas matahari datang karena ditakdirkan untuk kepentingan kehidupan manusia, namun curahan hujan juga hadir karena akar-akar kayu dan tanaman mendapat anugerah dari sang pencipta untuk melepas dahaga,dan akhirnya dengan anugerah Allah itu manusia bisa memakan sayuran dan buah-buahan. Selalu ada hikmah di balik setiap kejadian, selalu ada kebaikan dibalik setiap ujian dan masalah, selalu ada harapan di setiap langkah kehidupan, ketika malam telah gelap gulita itu berarti tidak lama lagi pagi akan tiba. Ketika tali sudah kencang dan sangat tegang itu berarti tidak lama lagi tali itu akan putus.Ketika anda jatuh ke titik nadir,itu berarti anda akan segera melambung ke titik tajir seperti bola yang akan melambung ketika jatuh ke dasar tanah. Sangat tepat dengan apa yang di ungkapkan tokoh wanita R.A Kartini “Habis gelap terbitlah terang.”Dan satu hal lagi yang tidak bisa diperdebatkan yaitu kalamullah dalam suroh Al-Insyirah ayat ke 5:

                             “Sesungguhnya bersama kesusahan ada kemudahan.”


Apalagi yang membuat anda galau,bersedih,kecewa,dan marah,karena kesedihan dan kegalauan anda pasti berlalu. Kegembiraan sudah menunggu anda jika anda sabar dan kemudian keluar dari masalah anda. Apalagi yang membuat anda galau,surah an nasrh ayat yang ke 5 sudah cukup menjadi pegangan anda.

       Walaupun cobaan dan ujian yang kita alami sudah pasti tidak seberat yang diujikan kepada para nabi dan rasul, tetapi itu adalah kisah kebenaran yang didalamnya terdapat pengajaran yang dahsyat. Mari kita kembali membaca kisah-kisah para nabi dan rasul juga kisah-kisah sahabat,tabi’in,dan orang-orang shaleh,semua dari mereka telah mengalami ujian dan cobaan yang berbeda-beda.Tetapi mereka menghadapinya dengan cara yang sama,yaitu sabar.

“ Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. ................(QS.Yusuf 111)


       Rasulullah SAW kekasih Allah juga sering sekali mendapat ujian,tantangan dan bahaya datang silih berganti dalam menjalankan misi kenabian yang telah diamanahkan Allah kepadanya.,tapi beliau tidak pernah berlarut dalam kegalauan,kesedihan,kemarahan dan kekecewaan,karena beliau memiliki hati yang ikhlas,tekat yang kuat serta keteguhan tanpa batas,beliau mengerahkan segala daya dan upaya dengan penuh kesabaran untuk menegakkan kalimat Allah dan membumikan Islam di muka bumi ini. Beliau sering dicaci,dimaki,dicemooh,dihina bahkan ingin dibunuh oleh orang-orang yang belum mau menerima risalah yang dibawanya. Bahkan beliau SAW  pernah di usir dari kampungnya. Mari kita bayangkan jika ini terjadi pada diri kita,mungkin sikap yang paling cepat kita pilih adalah galau,kekecewaan yang luarbiasa,kemarahan yang dahsyat,kesedihan yang mendalam dan mungkin rasa ingin membalas dendam kepada orang yang mengusir kita.betapa sedihnya seandainya kita di usir dari kampung kita sendiri tempat kita dilahirkan dan dibesarkan.Nabi kita di usir dari Mekkah,tetapi beliau sabar dan akhirnya beliau harus hijrah ke Madinah,tapi lihat apa yang terjadi dengan hijrahnya beliau ke Madinah akhirnya beliau berhasil menyiarkan islam di Madinah,dan Madinah menjadi sebuah kota besar yang sangat akrab di telinga orang di jagat raya ini.

      Nabi Ibrahim harus menjalankan perintah Allah untuk menyembelih anak kesayangannya yang telah lama dinantikannya.Tetapi nabi Ibrahim dan anaknya ridho dan sabar akan melaksanakan perintah Allah karena kecintaan mereka kepada Allah SWT,Akhirnya kesabaran berbuah kebaikan,Allah menukarnya dengan sembelihan yang lain.

      Nabi Zakariya bersabar dan selalu berdo’a agar diberi anak,dan akhirnya Allah menjawab do’anya dan memberikannya anak yang shaleh bernama Yahya.

     Nabi Ayub diuji Allah dengan penyakit kulit yang dahsyat.Tetapi beliau tetap bersabar dan bersyukur menghadapinya.Akhirnya do’a beliau dikabulkan Allah,Nabi Ayub sembuh dari sakitnya,dan ujian-ujian dari Allah yang pernah dialaminya menghantarkannya menjadi hamba yang disayang oleh Allah dan sampai sekarang beliau adalah salah satu teladan kesabaran.


      Ahmad ibnu Hambal pernah di penjara,dan itu adalah masalah,tapi kita semua tahu akhirnya beliau kemudian menjadi imam salah satu madzhab.
    
       Imam besar sekaliber imam Ghazali seorang tokoh intelektual islam juga pernah mengalami masalah mengenai keragu-raguan selama 10 tahun dalam penyelamannya mencari ilmu dan kebenaran, namun selanjutnya inilah yang membawanya disebut sebagai hujjatul Islam dengan kitab Ihya ‘Ulumuddin sebagai salah satu karyanya.

      Intinya adalah, ketika kita terkena masalah pasti ada sisi terang dari masalah itu dan itulah yang harus kita lihat. Kita akan merasakan indahnya sehat kalau kita pernah sakit. Kita merasa indahnya bersedekah karena kita pernah merasakan diberi uang sepuluh ribu sangat berarti diwaktu kita susah dulu. Dan biasanya ketulusan dan keikhlasan sebuah doa muncul tatkala rasa sakit menimpa kita, kita akan mengadukan ketidakberdayaan kita kepada pencipta kita. Kita berusaha untuk dekat kepada Nya dan ini adalah anugerah, masalah kita akhirnya membawa anugerah besar.



      Wahai saudaraku,jangan galau karena masalah anda,jangan bersedih dan jangan berkurung di kamar,kita sedang di uji oleh Allah,kita sedang diperhatikan oleh Allah,keluarlah dari kamar besok pagi,buka pintu rumah yang pengap,berjalanlah keluar,tarik nafas dalam-dalam,rasakan kesejukan pagi mengalir kedalam darah anda,keluarkan nafas perlahan seraya ucapkan “ALHAMDULILLAH…”Terima kasih ya Allah,engkau masih memberiku udara yang sejuk untuk melanjutkan hidupku hari ini,hari ini aku tidak akan galau dan bersedih,hari ini aku tidak akan mengeluh,hari ini aku akan bahagia,izinkan lah aku hari ini bersujud dan masuk ke masjidMu,izinkan lah aku datang memenuhi panggilan kemenanganMu.


 WALLAHU A'LAM
Demikian dulu ya postingan kali ini,Semoga artikel ini bermanfaat buat saya dan sobat wisata spritual smuanya. AMIN.



Sumber gambar : vivitnm.worpress.com
                             intisari online.blogspot.com

OPTIMIS DENGAN IMAN

       Assalamu alaikum sobat semua! Apa kabar? harapannya hari ini sobat semua semoga dalam kebaikan, besok dalam keberuntungan dan lusa dalam kemenangan, Karena hari ini saya yakin anda tidak memasukkan sesuatu yang haram ke dalam perut sobat sekalian, sehingga mulut,lidah, tenggorokan, usus dan semua anggota sistem pencernaan bersyukur kepada Allah telah menitipkan mereka kepada orang yang benar, yaitu anda semua yang lagi membaca artikel sederhana ini.

       Kali ini saya ingin posting tentang sesuatu yang mudah- mudahan jadi motivasi spritual buat kita semua yaitu tentang OPTIMIS DENGAN IMAN.
   
 Baik, langsung saja.....

       Alkisah, Ibrahim bin Adham adalah anak raja,dia adalah seorang shufi . Suatu ketika Ibrahim bertemu dengan seseorang yang sedang galau(gelisah),Ia pun menyampaikan tiga pertanyaan dengan maksud menghibur dan membantu orang yang sedang galau itu untuk keluar dari kegalauan dan keputusasaan yang sedang menghimpit dan menekan jiwanya. Ibrahim bertanya,”Apakah sesuatu hal yang tidak dikehendaki Allah SWT bisa terjadi di alam ini?” Orang itu menjawab,”tidak”. Selanjutnya Ia bertanya lagi,”Apakah rezeki yang telah ditetapkan Allah bagimu bisa berkurang?” Orang yang sedang galau itupun menjawab,”tidak”.Pertanyaan Ibrahim yang ketiga,”Apakah umur yang telah ditetapkan dan ditentukan Allah kepadamu bisa berkurang?” Jawabnya lagi,”tidak”. Kalau demikian jawabanmu,lantas mengapa engkau larut dalam kegalauan dan kesedihan?

       Kisah yang singkat ini memberikan kita nasehat berharga yang sangat prinsip dalam kehidupan seorang muslim yang beriman ketika dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang membuat kegalauan,kesedihan,kecemasan dan kekhawatiran.yaitu,rukun iman yang pertama beriman kepada Allah dan juga rukun iman yang ke-enam beriman kepada qada dan qadar Allah. Kita wajib meyakini bahwa Allah telah menentukan segala sesuatu dalam azal,yakni sebelum Allah menciptakan makhluk sudah ada ketentuan yang akan terjadi pada makhluk,dan apa yang ditaqdirkan pasti terjadi sedang yang tidak ditaqdirkan tidak akan terjadi.

   “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.(QS.Al-Hadid 22).




       Jangan pernah galau akan sesuatu yang telah hilang,jangan pula galau akan hal-hal yang belum tercapai,dan jangan pula penyakit yang sedang anda derita membuat anda galau,kerugian materi atau apapun yang terjadi tidak akan membuat orang yang mengimani qadha’ dan qadhar galau dan gelisah. Hal inilah kemudian yang akan menjadikan mukmin sejati tetap optimis dalam menjalani hidup,kegalauan akan sirna,kecemasan akan hilang,kesedihan akan terobati. Yang ada hanya berupaya dan berikhtiar,sedangkan keputusan tetap mutlak ada pada Allah SWT.

       Secara sederhana optimisme bisa kita pahami sebagai sikap mental yang selalu penuh pengharapan dan keyakinan tentang masa depan yang lebih baik. Bacalah sejarah dan lihat bagaimana optimisme Rasullulah SAW ketika menghadapi penolakan masyarakat Tha’if, beliau dilempar, dihina dan diusir, tapi subhanallah dengan sabar beliau malah mendoakan : “Allahummahdi qaumi fainnahum la ya’lamuun”. (Ya Allah, berilah kaumku hidayah, karena sesungguhnya mereka belum mengetahui). Selanjutnya sejarah menceritakan sepuluh tahun kemudian, berbondong-bondong masarakat Tha’if masuk Islam. Bahkan pada zaman khalifah Abu Bakar, disaat beberapa golongan tidak mau membayar zakat, masyarakat Thai’if lah yang bersegera menunaikan pembayaran zakat.   Rasulullah mengajarkan, sesulit dan seberat apapun kondisi yang kita hadapi, harus tetap ada optimisme, karena optimisme bagi seorang muslim merupakan manifestasi keyakinan akan keberadaan dan pertolongan Allah SWT.

  Sikap yang selalu optimis akan membuat sesuatu menjadi jauh lebih baik, optimisme seorang reformis terbesar Rasulullah SAW  akan pertolongan Allah telah membuat beliau mampu menghadapi banyak rintangan dalam membumikan islam yang mulia. Hingga hari ini kita berada dalam keislaman. Optimisme dalam keimanan para pejuang telah menenggelamkan ketakutan mereka ketika menghadapi kaum kafir romawi yang berjumlah kurang lebih 200.000 pada peperangan Mu’tah,sedangkan pasukan muslim hanya 3000 personil. 1 pasukan muslim berbanding 67 pasukan romawi.

       Sikap optimis membawa kemenangan, galau akan membuat anda pesimis, dan galau yang lebih ekstrim lagi akan dekat dengan kekafiran,karena pada galau tingkat tinggi,seseorang akan mempertanyakan dan meragukan pertolongan Allah,bahkan bisa sampai menyalahkan Allah. Naudzu billahi min dzalik.
    
     Optimisme seorang muslim bukanlah optimisme yang didirikan dalam kehampaan, tapi optimisme tersebut didirikan di atas kekokohan iman kepada Allah SWT. Dengan kata lain, sikap mental yang selalu optimis dengan masa depan yang lebih baik itu adalah konsekwensi logis dari keimanan dan keistiqamahan kita dalam mengamalkan ajaran syari’at.  

“ Sesungguhnya orang-orang yang berkata bahwa tuhan kami adalah Allah dan mereka istqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu (memperoleh) sorga yang telah dijanjikan kepadamu”. (QS.Fusshilat 30).

      Apakah masalah anda sebanding dengan permasalahan yang pernah dihadapi oleh Sumayyah binti khayyat? Beliau tidak galau,mengeluh dan putus asa menghadapi permasalahan yang jauh lebih sulit dari apa yang sedang anda hadapi, beliau telah dihadapkan dengan permasalahan yang mempertaruhkan nyawa untuk aqidah islamnya.Sumayyah binti Khayyat  seorang muslimah yang tercatat sebagai orang ketujuh masuk islam telah menunjukkan keoptimisannya dengan iman,Bani makhzum menyeretnya ke padang pasir, mereka membuang Sumayyah ke sebuah tempat dan menaburinya dengan pasir yang sangat panas, kemudian meletakkan diatas dadanya sebongkah batu yang berat, akan tetapi tiada terdengar rintihan ataupun ratapan melainkan ucapan Ahad….Ahad…., beliau ulang-ulang kata tersebut sebagaimana yang diucapkan juga oleh Yasir, ‘Ammar dan Bilal.                

      Jika anda dizhalimi belum seperti yang dirasakan Sumayyah binti Khayyat, sungguh anda sangat lemah jika anda harus galau dan pesimis. Jika anda diuji dengan penyakit yang tidak separah penyakit yang diderita nabi Ayub as,tidak pantas anda mengeluh dan pesimis terhadap usaha dan do’a- do’a anda kepada Allah. Jika anda dihimpit hutang yang sangat banyak untuk  keperluan keluarga dan menafkahi mereka,yakinlah bahwa pasti selalu ada solusi bagi orang- orang seperti anda yang selalu optimis di jalanNya, optimislah dengan rizqi Allah yang luas.

     Optimisme dengan iman telah membuat orang-orang yang secara pandangan manusia memiliki ekonomi yang lemah,terus berdo’a, bekerja dan menabung untuk berangkat menunaikan ibadah haji ke baitullah dan dengan izin Allah mereka mencapainya.

       Optimisme juga telah membuat seorang yang tidak punya kedua kaki tetap hadir ke mesjid untuk  melaksanakan shalat tanpa galau dan mengeluhkan kekurangannya. Optimisme dan keyakinan juga membuat orang yang sakit bisa merasa lebih baik dan bahkan bisa sembuh. Orang yang mengalami kegagalan dan jatuh dalam usaha dan bisnis akan sangat sulit untuk bangkit bahkan tidak mungkin akan bangkit tanpa rasa optimis akan pertolongan Allah yang segera datang. Orang yang dihimpit oleh kesulitan hidup akan semakin terhimpit dengan keluhan- keluhan  yang tidak menghasilkan apa- apa dan semakin larut dalam penderitaan jika dia tidak optimis dengan rahmat Allah yang begitu besar dan pertolonganNya yang begitu dekat.

      Mulai sekarang buang kegalauan, hilangkan kecemasan, optimislah dengan iman. Karena rasa optimis akan memunculkan impian, impian akan menghadirkan tindakan dan tindakan adalah ikhtiar yang insya Allah dengan izinNya akan menjadikan do’a kita diijabah oleh Allah dengan jalan keluar yang segera akan datang.
    wallahu a'lam

Semoga bermanfaat, Kepada Allah saya mohon ampun.
Silakan lihat artikel- artikel islami selanjutnya.

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barokatuh...